Tuesday, April 30, 2024

Ramadan dan Idulfitri 1445 H


Selamat Idulfitri 1445 H teman-teman. Maaf terlambat, seperti biasa, hihihi....

Mau cerita pengalaman Ramadan dan Idulfitri tahun ini. Buat kenang-kenangan.

Disayang Allah

Masya Allah, Ramadan tahun ini rasanya keluarga kami ini sedang benar-benar disayang sama Allah. Dari awal Ramadan, saya dan Rashya sudah dikasih batuk pilek. Alhamdulillah kata dokter 'cuma' sakit ISPA.

Untungnya kalau saya sih gejalanya ringan. Hidung meler dan kepala agak pusing. Saking ringannya, saya kira alergi kambuh, kan Bandung lagi dingin terus tuh. Tapi kok melernya enggak berhenti-berhenti, padahal sudah diajak gerak melatih SHiNE Dance Fitness. Eh ternyata bukan alergi.

Qadarullah, bareng sama saya, Jav demam. Kata dokter IGD di RSKIA Harapan Bunda sih radang. Tapi sampai pas Rashya demam beberapa hari kemudian (mungkin tertular dari saya), demam Jav masih belum turun. Lemas dan malas makan pula. Duh, curiga demam berdarah dengue (DBD), kan lagi musim tuh. Akhirnya langsung disuruh tes darah sama dokter anak di RS Edelweiss. Dan memang betul, NS1-nya positif, trombositnya juga mulai turun.

NS1 merupakan tes untuk mendeteksi keberadaan protein non-struktural 1 (NS1), yaitu protein yang dimiliki virus Dengue, penyebab DBD. Dapat dilakukan pada 0-5 hari pertama sejak demam.

Jav harus dirawat deh, suami yang menjaga. Untung belum berangkat ke Jakarta, jadi bisa WFA. Alhamdulillah, meski rumah sakit sedang penuh, rezeki Jav kebagian kamar VIP, suami bisa istirahat di sofa dan mendapat jatah makan sahur. Mengurangi sedikit keriweuhan.

Kasihan makannya enggak disuapin bunda

Sementara itu, saya di rumah merawat Rashya yang sedang demam juga. Rasanya sedih banget, terutama pas Magrib dan sahur. Pas Rashya tidur, jadi saya buka puasa dan sahur sendiri, hiks....

Eh, sahur pertama menjaga Jav, suami bilang panas dingin. Tapi saya enggak bisa berbuat apa-apa, karena menjaga Rashya yang masih demam di rumah kan. Jadinya yang sakit ditemani yang sakit juga deh, huhuhu....

Baru di hari ketiga setelah demam, suami tergerak untuk memeriksakan dirinya ke dokter IGD. Malam-malam, sendirian dalam kondisi pusing dan lemas pula. Hasilnya, seperti yang kami khawatirkan, suami juga positif DB.

Setelah Rashya sehat dan sekolah seperti biasa lagi, baru saya bisa ke rumah sakit untuk mengurus 2 pasien. Itupun siang aja, karena malamnya harus menemani Rashya saya butuh dicas pelukan sama Rashya di rumah.

Alhamdulillah setelah dirawat selama 4 malam, Jav boleh pulang. Nah, kamarnya bisa diteruskan sama suami. Yup, kamar rawat inap dewasanya penuh, jadi suami lanjut di kamar rawat anak, heuheu....

Suami belum pulang, dapat kabar kalau suami adik saya sakit gejala typhus. Ibu mertua saya pun rawat inap di rumah sakit karena DB juga, hadeuh....

Meski pemulihannya cenderung lebih lambat, karena ini DB suami yang kedua, alhamdulillah bisa pulang juga setelah dirawat selama 4 malam.

Lepas infus langsung buka laptop

Lanjut, di akhir Ramadan, ayah saya harus menjalani operasi hemoroid. Sempat mencari tempat pengobatan alternatif di Rancaekek yang pernah beliau coba 10 tahun lalu, tapi sudah enggak ada. Enggak siap operasi, beliau ingin tindakannya ditunda dulu sampai setelah lebaran. Tapi tiap malam kesakitan sampai enggak bisa tidur. Akhirnya mau juga dioperasi sebelum lebaran.

Selesai operasi

Alhamdulillah operasi ayah saya di RS Humana Prima lancar dan enggak ada komplikasi. Selesai operasi langsung bisa duduk, berdiri, dan jalan. Di rumah sakit hanya menginap 1 malam. Pemulihannya pun termasuk cepat, sekarang sudah bisa hiking sama teman-temannya.

Beres? Oh belum. Sebelum lebaran Rashya batuk pilek lagi. Pas lebaran tadinya sudah mau sembuh, tapi gara-gara banyak makan permen dan cokelat, batuknya jadi semakin parah sampai asmanya kambuh. Waktu periksa ke dokter anak di RSKIA Harapan Bunda, hampir harus rawat inap. Untungnya setelah diberi terapi uap dan diobservasi, saturasinya aman di atas 94. Rashya boleh pulang dan rawat jalan di rumah. Lagipula anaknya masih aktif banget. Menunggu dokter aja sambil push up, heuheu....

Kata dokter, tentaranya kecapean latihan terus

Lebaran Tanpa Bibi

Ternyata yang disayang Allah bukan hanya keluarga kami. Teteh yang suka membantu di rumah kami pun sakit. Awalnya seperti maag. Rawat inap di RS Pindad, tapi enggak tuntas, disuruh pulang dan enggak dikasih obat apa-apa.

Karena sakitnya semakin parah, beliau dan suaminya periksa ke rumah sakit lain, mulai dari RS Al Islam, RSUD Ujung Berung, dan lain-lain, hingga akhirnya dirujuk ke RS Hasan Sadikin.

Diduga usus buntu karena perutnya bengkak, sebelum lebaran, dokter pun melakukan operasi. Tapi pas operasi, ternyata bukan usus buntu, melainkan ada tumor di usus dan kista di indung telur. Tumor dan indung telurnya langsung diangkat.

Pemulihan operasi pertama masih belum selesai, ternyata kandung kemihnya bocor. Ya Allah.... Jadi seminggu kemudian, setelah lebaran, dioperasi lagi.

Akhirnya merasakan juga lebaran tanpa bibi. Kalau orang lain karena bibinya mudik, kalau saya karena bibinya sakit.

Karena dibantunya seminggu sekali, sebenarnya untuk pekerjaan sehari-hari sih enggak terlalu berpengaruh. Tapi ya tetap aja sedih. Waktu ditengok juga badannya kurus banget, pangling. Teman-teman mohon doanya ya, semoga teteh cepat pulih dan sehat lagi.

Ramadan Bersama

Meski banyak ujian, alhamdulillah tubuh ini tetap diringankan untuk beribadah Ramadan. Tarawih pertama dan terakhir berjamaah di masjid, diimami suami. Selama 1 bulan saya pun bisa salat Subuh dan Tarawih berjamaah di masjid karena Rashya sudah mengerti untuk ikut salat, enggak lari-lari dan ribut di masjid. Target-target ibadah lain pun terpenuhi.

Dan karena sakit, selama bulan Ramadan ini suami akhirnya full WFA di Bandung. Selain saat 'staycation' di rumah sakit, alhamdulillah bisa selalu sahur dan buka puasa bersama di rumah. Masya Allah, sama seperti ketika pandemi.


Lebaran yang Berbeda

Tahun ini bukan hanya Ramadan yang terasa spesial, Lebarannya pun terasa berbeda. Enggak ada niat untuk jalan-jalan apalagi liburan. Keluar rumah cuma pas hari pertama lebaran. Salat Idulfitri, lanjut ke rumah orang tua, lalu silaturahmi ke rumah saudara mamah dan ke rumah saudara papah, terakhir ditutup ke rumah mertua.

Rasanya berbeda karena bibi-bibi mamah sudah mulai pada pikun. Di rumah mertua pun sepi, enggak ada saudara yang berkunjung karena bibi mertua sudah meninggal tahu kemarin, jadi enggak ada sesepuh lagi.

Penutup

Bagaimana cerita Ramadan dan Lebaran teman-teman? Semoga kita semua masih dipertemukan dengan Ramadan tahun depan ya. Aamiin....

No comments :

Post a Comment