Qadarullah, tahun ini akhirnya harus merasakan juga staycation di rumah sakit. Yup, setelah bulan Ramadan kemarin Jav dan ayahnya sakit DB dan rawat inap di RS Edelweiss, sekarang saya juga kebagian, heuheu....
Kenapa? Gara-gara ada benjolan di punggung. Awalnya kecil seperti bentol, tapi makin lama makin besar seperti kelereng. Berhubung enggak sakit, ya selama ini saya cuek aja.
Tapi pernah setahun yang lalu, Mei 2023, benjolannya terasa sakit. Enggak mengganggu sih, cuma ya enggak nyaman. Akhirnya saya konsultasi ke dokter kulit di RS Edelweiss. Rupanya benjolannya meradang. Cirinya hangat dan menjadi berwarna kemerahan.
Dokter pun memberi saya antibiotik baik yang ditelan maupun yang dioles. Tapi nih katanya kalau enggak mau infeksi dan sakit lagi, lebih baik dilakukan tindakan. Mungkin dengan laser.
Alhamdulillah, berhubung sejak saat itu enggak pernah sakit lagi, saya menunda melakukan tindakan, hehehe....
Eh tiba-tiba bulan Juli kemarin benjolannya terasa sakit banget. Sore sudah mulai enggak enak, semakin malam semakin parah. Pegal sampai menjalar ke seluruh punggung, leher, dan tangan kanan. Saking sakitnya, membuat saya khawatir dan memutuskan untuk pergi ke IGD. Tapi pas mau berangkat, sakitnya tiba-tiba hilang.
Awal bulan Agustus, benjolannya terasa sakit lagi. Kali ini sakitnya enggak menjalar, terpusat di benjolannya aja. Sedang diam aja kadang nyut-nyutan, kadang seperti ditusuk-tusuk. Apalagi kalau tergesek baju dan rambut. Rambut sudah dipotong pun tetap sakit kena ujungnya, huhuhu....
Setelah menahan sakit selama beberapa hari, akhirnya hari Sabtu tanggal 10 Agustus saya memberanikan diri konsultasi ke dokter bedah di RS Edelweiss, sekalian Rashya kontrol ke dokter THT.
Kista Epidermoid
Setelah diperiksa, ternyata diagnosisnya kista aterom. Apa itu? Saya sendiri baru mendengarnya sekarang.
Kista ateroma, yang juga disebut sebagai kista sebasea atau kista epidermoid, merupakan jenis kista yang paling umum ditemukan pada kulit. Isi kista umumnya berwarna putih kekuningan, bertekstur kental, dan berbau tidak sedap.Kista ini tidak terasa nyeri dan tidak menular. Namun, kista ateroma bisa terinfeksi, yang ditandai dengan gejala berupa sakit ketika disentuh, bengkak, dan kemerahan.Kista ateroma disebabkan oleh kerusakan atau penyumbatan pada kelenjar sebasea, yaitu kelenjar yang berfungsi mengeluarkan minyak (sebum) pada kulit.
Saya ingat tahun 2021 pernah digigit serangga pas menginap di kebun. Awalnya enggak kenapa-kenapa, sakit pas digigit aja seperti ditusuk, tapi setelahnya biasa aja. Cuma ya itu, lama-lama membesar. Mungkin pemicunya sengatan serangga tersebut yang membuat penyumbatan di kulit. Mungkin ya....
Kata dokter, perlu dilakukan tindakan pembedahan. Enggak bisa kalau cuma dilaser. Kantongnya harus diangkat supaya enggak kambuh lagi. Dokternya juga bilang, kalau didiamkan, bisa semakin membesar hingga seperti bola pingpong, huhuhu....
Dokter pun langsung menawarkan jadwal tindakan untuk hari Senin tanggal 12. Tapi suami sibuk, daripada enggak ditemani, saya minta waktunya diundur aja. Namun setelah tanggal tersebut malah dokternya yang cuti. Akhirnya jadwalnya mundur sampai hari Senin tanggal 19, sambil menunggu ACC dari asuransi juga.
Rasanya sih lumayan lega. Tenang karena sudah jelas diagnosisnya, bukan benjolan yang berbahaya. Enggak apa-apa mengajar SHiNE Dance Finess dan UPLIFT Strength Fitness-nya libur dulu, yang penting masalahnya beres.
Mulai Galau
Pas sampai rumah, baru deh kepikiran seramnya tindakan pembedahan. Iya, memang cuma operasi kecil. Tapi saya mah beda. Dengan riwayat alergi yang pernah terjadi waktu SC dan kuret, saya jadi takut banget. Belum lagi nanti perawatan luka sendiri di rumah, linu, hiks....
Baca juga, Alergi Obat
Namun ternyata sampai tanggal 19, belum ada kabar lagi. Saya malah lega, hihihi.... Biarin lah enggak di-ACC asuransi, enggak perlu dioperasi, coba aja memakai cara alami. Memang masih sakit sih, tapi sudah jauh lebih berkurang. Dari skala 1-10, sekarang sakitnya level 2 aja.
Eh, tiba-tiba hari Rabu tanggal 21 dapat kabar dari rumah sakit kalau asuransi sudah memberi ACC. Inginnya sih diundur aja, tapi malah terasa sakit lagi, huhuhu.... Hari Kamis tanggal 22 pun poli bedah menghubungi saya menanyakan kepastian untuk operasi tanggal 23.
Saya pun meminta pendapat anak-anak. Kalau Jav katanya, "Daripada Bunda sakit terus, ya mending operasi biar sembuh. Tapi takut alergi lagi ya." Sedangkan Rashya, jawabannya, "Belum siap tidur enggak sama Bunda," heuheu....
Memantapkan Hati untuk Operasi
Mempertimbangkan rasa sakitnya dan juga kesibukan suami, akhirnya malamnya saya konfirmasi ke poli bedah untuk operasi tanggal 23.
Setelah mengantar anak-anak sekolah, menyetrika, dan bersih-bersih rumah, akhirnya pukul setengah 10 saya berangkat ke rumah sakit diantar Papah dan Mamah. Sampai di rumah sakit pukul 10, langsung registrasi dan tanda tangan berkas.
Lalu lanjut cek laboratorium, diantaranya tes darah dan ronsen paru. Setelahnya, berhubung harus puasa, sebelum pukul 11 saya makan siang dulu. Sumpah, saking deg-degannya enggak nafsu makan banget. Tapi jadi hemat, hihihi.... Cuma beli nasi, telur dadar, dan sambal di kafetaria. Dua porsi harganya 22 ribu aja.
Selesai makan siang, lanjut cek laboratorium lagi, yaitu tes jantung. Lalu terakhir, konsultasi dengan dokter penyakit dalam.
Alhamdulillah menurut dokter penyakit dalam, hasil tes laboratoriumnya bagus. Cuma memang kata beliau daftar obat alerginya bakal bikin dokter bedah bingung. Ditambah ada riwayat asma pula.
Untuk menghindari kejadian yang enggak diinginkan, beliau meresepkan obat anti radang untuk diberikan sebelum operasi. Didoain juga supaya amit-amit jangan sampai kejadian alergi atau bahkan anafilaksis. Huhuhu, terima kasih dok....
Berkas kesehatan beres, lanjut mendaftar rawat inap. Menunggu dulu sekalian salat Zuhur, dan baru masuk kamar pukul 13.30. Setelah saya dapat kamar, Mamah pulang, dijemput Papah yang sempat pergi menjemput Rashya sekolah dan salat Jumat.
Sendirian di kamar, rencananya mau melanjutkan menonton drakor di Netflix. Tapi ternyata enggak mood. Akhirnya dianggurin aja televisinya.
Pukul 3, saya mulai diinfus, padahal belum salat Asar. Akhirnya tayamum aja. Di kamar, selain alat salat dan quran, disediakan alat tayamum juga. Masya Allah....
Setelah Asar, suami yang sudah sampai di Bandung sebelum Jumatan, menyusul ke rumah sakit.
Sekitar pukul 4, dokter anestesi datang dan bilang akan memberi obat bius yang sama seperti ketika saya operasi cesar dan kuret, karena sudah jelas ketahuan keamanannya di tubuh saya.
Seperti biasa, ada skin test antibiotik juga yang perih banget itu. Alhamdulillah aman. Juga mulai disuntik obat antiradang yang diresepkan dokter penyakit dalam tadi.
Pukul 4.30 saya diajak turun ke instalasi bedah sentral. Setelah berganti pakaian di ruang transfer, kali ini dokter bedah mengecek lagi benjolannya. Rupanya sedang kembali radang, warnanya marah. Walah.... Cek tekanan darah pun naik deh, saking deg-degannya, heuheu....
Pukul 4.45 akhirnya saya masuk ruang operasi. Sebelum tindakan dimulai, tubuh saya diatur supaya posisinya miring. Supaya enggak miring ke depan atau ke belakang, ada penahan yang disimpan di depan perut.
Wuih, rasanya dingin banget sampai menggigil. Cuma bisa pasrah sambil komat-kamit zikir sampai akhirnya saya enggak sadarkan diri karena dibius total.
Kata suami, pukul 5.15 dokter keluar dari ruang operasi, memperlihatkan kistanya sebelum kemudian dibawa ke laboratorium untuk dicek. Cepat juga ya tindakannya.
Pukul 6.15 saya terbangun di ruang recovery. Langsung bersyukur karena bisa bangun lagi, masih bisa bertemu keluarga, dan enggak ada reaksi alergi.
Sekitar pukul 6.30 saya diantar kembali ke kamar. Pukul 7 mulai minum sedikit-sedikit. Lanjut makan buah dan makan malam. Alhamdulillah aman, enggak mual dan enggak muntah.
Cuma memang pas efek biusnya habis, terasa lumayan sakit juga bekas operasinya, hehehe....
Berhubung anak-anak di rumah berdua aja, enggak mau menginap di rumah kakek neneknya, akhirnya suami pulang ke rumah. Sendiri deh di kamar rumah sakit. Enggak apa-apa sih, enggak ngapa-ngapain juga. Semua sudah beres, tinggal tidur aja.
Pukul 7 pagi dokter visit ke kamar. Alhamdulillah saya sudah boleh pulang. Disuruh kontrol lagi hari Kamis, tapi akhirnya hari Sabtu aja menunggu suami pulang dari luar kota.
Sebelum pulang, perawat mengajari suami cara membersihkan luka dan mengganti perban. Kalau lukanya kering, cukup diganti 2-3 hari sekali. Tapi kalau darahnya rembes/lukanya basah, harus diganti setiap hari.
Perawatan di Rumah
Di rumah, saya hanya minum antibiotik. Selama sakitnya enggak terlalu mengganggu, antinyerinya enggak saya minum, dinikmati aja.
Sesuai saran perawat, supaya lukanya cepat sembuh dan kering, saya mengonsumsi makanan tinggi protein seperti putih telur, ayam, dan ikan lele.
Selain makanan tinggi protein, saya juga minum suplemen tambahan. Mulai dari VCO, vitamin C, hingga vipalbumin punya Rashya, hohoho....
Hari kerja suami kembali ke luar kota. Akhirnya anak-anak yang kebagian tugas membersihkan luka dan mengganti perban. Alhamdulillah, aman, enggak ada darah yang rembes.
Karena perbannya ditutup plester tahan air, saya boleh mandi seperti biasa. Bahkan setelah 3 hari, kata dokter sudah boleh mengajar SHiNE Dance Finess dan UPLIFT Strength Fitness lagi. Walah, malah sayanya yang ngilu sendiri.
Pengalaman Rawat Inap di Rumah Sakit Edelweis
Secara keseluruhan, puas sih dengan pelayanan di Rumah Sakit Edelweis. Dokternya enggak memberi obat aneh-aneh serta yang pasti aman untuk alergi saya. Proses administrasinya juga oke, agak lama tuh karena memakai asuransi.
Makanan pasien pun enak dan lengkap mulai dari karbohidrat, sayur, protein nabati, dan double protein hewani. Ditambah camilan kue dan buah potong. Sayang lupa difoto. Penunggu pasien juga mendapat jatah makan meski hanya sarapan.
Hanya saja, dibandingkan kamar kelas VIP B yang desainnya modern seperti kamar hotel, kamar kelas VIP C ini tampak sederhana dan kurang perawatan. Pemandangan di jendelanya pun menghadap kota, enggak seindah pemandangan di kamar kelas VIP B yang menghadap Masjid Al-Jabbar.
Waktunya Kontrol
Alhamdulillah, pas kontrol seminggu kemudian, jahitan sudah kering. Benangnya pun yang langsung menyatu dengan daging, jadi enggak ada drama cabut benang jahitan yang selama ini saya khawatirkan.
Bekas lukanya sudah boleh kena air. Perawatan selanjutnya pun hanya tinggal dioles salep antibiotik.
Hasil tes laboratorium juga sudah ada. Alhamdulillah, betul kista aterom sesuai dengan diagnosis awal, enggak ganas.
Kali ini dokternya benar-benar meyakinkan saya untuk mulai mengajar SHiNE Dance Finess dan UPLIFT Strength Fitness lagi. Karena kata beliau, semakin aktif bergerak, lukanya akan semakin cepat sembuh.
Akhirnya keesokan harinya, saya pun mulai mengajar lagi. Meski untuk UPLIFT Strength Fitness, sementara saya menghindari dulu latihan yang membutuhkan posisi supine (berbaring).
Alhamdulillah, sejauh ini 4 bulan setelah operasi, enggak ada masalah. Kadang masih suka nyut-nyutan sedikit kalau kecapean atau stres. Ya wajarlah.
Cuma sedihnya, karena sudah menjalani operasi kecil, harus libur donor darah dulu selama 6 bulan. Kalau operasi besar, liburnya 1 tahun.
No comments :
Post a Comment