Friday, July 25, 2025

Tentang Seragam Sekolah Anak

seragam sekolah anak

Tahun Ajaran Baru dan Seragam

Tahun ajaran baru sudah dimulai nih. Mungkin sebagian besar mamah-mamah yang mempunyai anak usia sekolah mulai sibuk lagi berjibaku menyiapkan bekal, menyetrika seragam, hingga mengantar jemput sekolah. Bagaimana, aman kan?

Ngomongin soal menyetrika seragam, mamah-mamah habis membeli seragam sekolah baru kah?

Kebetulan kalau saya sih tahun ajaran ini enggak membeli seragam baru. Si sulung, tinggal satu tahun lagi sekolah di SMP, sayang kalau beli baru. Soalnya pertengahan tahun kemarin baru aja beli karena warna seragamnya sudah pudar. Cukup lah untuk dipakai setahun lagi mah.

Sedangkan si bungsu, tahun ajaran ini adalah tahun keduanya di SD. Seragam tahun kemarin masih oke, baik dari warnanya maupun dari ukurannya. Anak-anak kan pertumbuhannya cepat ya, makanya waktu itu sengaja menggunakan ukuran yang lebih besar supaya awet, hihihi....

Sekolah Harus Pakai Seragam?

Selama ini, saya enggak pernah terlalu memikirkan seragam sekolah anak-anak. Hingga suatu hari, seorang teman bertanya, "Hari profesi?" ketika melihat si bungsu mengenakan baju tentara saat kami mampir ke tokonya sepulang sekolah. "Enggak, sekolah biasa aja, memang lagi pakai baju bebas," jawab saya. "Pusing dong kalau harus pakai baju bebas."

Hmmm.... Enggak juga sih, malah enak. Tapi sebelum membahas tentang seragam versus baju bebas, jadi penasaran sih tentang sejarah seragam sekolah di Indonesia.

Sejarah Seragam Sekolah di Indonesia

Ternyata awalnya nih, dulu pas masa penjajahan Belanda, seragam hanya diperuntukkan bagi segelintir anak-anak dari kalangan tertentu. Sementara anak-anak di sekolah rakyat, memakai baju seadanya aja.

Nah, setelah Indonesia merdeka, pemerintah mulai menyusun sistem pendidikan nasional. Termasuk salah satunya seragam sekolah. Tetapi waktu itu belum ada standarnya.

Baru lah pada tahun 1982, melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 052/C/Kep/D.82, ditetapkan aturan standar warna seragam sekolah di Indonesia, yaitu:
  • SD: putih–merah
  • SMP: putih–biru
  • SMA: putih–abu

Tujuannya untuk menumbuhkan rasa persatuan, memperkecil rasa kebanggaan berlebih, dan memperkecil perbedaan status sosial.

Seragam di Sekolah Si Bungsu

Namun, sekolah si bungsu ini agak antimainstream. Terutama untuk adik-adik di level bawah. Kalau kakak-kakak di level atas sih, seragamnya lengkap. Mulai dari seragam putih-merah, seragam pramuka, pangsi/kebaya, seragam resmi sekolah, hingga seragam olahraga.

Sedangkan si bungsu yang masih berada di level bawah, seragam sekolahnya cuma dua. Yaitu seragam resmi sekolah dan seragam olahraga.

Seragam resmi sekolahnya berupa kemeja kuning dan celana cokelat yang dilengkapi dengan rompi oranye beraksen kuning dan hijau. Itupun engga membeli baju jadi di sekolah. Sekolah hanya menyediakan bahannya, lalu orang tua memilih tempat jahit sendiri. Jadi bisa lebih hemat.

Adapun seragam olahraganya yaitu kaos lengan panjang kuning beraksen abu dengan tulisan nama sekolah berwarna hijau. Celananya, bebas.

Yup, dua seragam untuk dua hari dalam satu minggu. Tiga hari sisanya? Bebas.

Seragam Sekolah atau Baju Bebas?

Jawaban saya sih kalau bisa dua-duanya kenapa harus pilih salah satu.

Di satu sisi, saya setuju dengan adanya seragam sekolah. Bukan untuk melatih kedisiplinan atau mengurangi kesenjangan sosial sih. Tapi lebih sebagai identitas sekolah aja. Terutama jika sedang ada kegiatan di luar sekolah.

Melatih kedisiplinan kan enggak hanya dari seragam. Karena di sekolah si bungsu, ketika memakai baju bebas pun tetap harus memakai nametag, kaos kaki putih alas hitam, dan sepatu hitam bertali (harus bertali, untuk melatih motorik halus).

Begitu pun dengan kesenjangan sosial. Meskipun memakai seragam, enggak bisa dipungkiri kesenjangan sosial masih terlihat dari hal lain. Misalnya seperti tas sekolah, kotak bekal, dan lain-lain.

Makanya, saya sih santai aja meski si bungsu harus memakai baju bebas selama tiga hari dalam seminggu.

Pertama, mengurangi stres karena saya enggak perlu pusing setiap hari memikirkan apakah seragam sudah dicuci dan disetrika atau belum.

Kedua, hemat biaya. Semakin banyak seragam, semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan.

Ketiga dan menurut saya paling penting, anak bisa bebas mengekspresikan diri. Si bungsu tuh selalu semangat kalau disuruh mengenakan baju bebas ke sekolah, karena dia pasti akan memilih baju yang paling disukai.

"Enggak pusing milihnya? Harus punya banyak baju dong, supaya outfit-nya enggak itu-itu aja?" begitu tanya teman saya lagi.

Aih, kenapa harus saya yang pusing? Yang sekolah kan anak, biar dia belajar mengambil keputusan mulai dari hal kecil seperti memilih baju untuk sekolah. Selama masih sesuai dengan aturan sekolah, ya bebaskan aja.

Lagipula, anak-anak mah enggak peduli mau pakai baju yang itu-itu aja. Memangnya mamahnya? Hihihi....

Berdasarkan pengalaman dengan dua orang anak nih, di usia TK dan SD awal tuh mau dibelikan baju sebanyak apapun, kalau dia sedang suka banget dengan satu baju, ya tetap yang dipakai pasti itu-itu aja. Enggak peduli yang melihatnya (saya) sudah bosan.

Waktu sedang suka hiu, pakai baju hiu terus...
Waktu bercita-cita jadi tentara, pakai baju tentara terus, ditambah bendera Palestina...
Waktu sedang ramai perayaan kemerdekaan Indonesia, pakai baju merah putih terus...
Waktu PERSIB juara, pakai baju PERSIB terus, ditambah bendera dan ikat kepalanya...

Bikin senyum-senyum melihatnya, hehehe....

Penutup

Bagaimana dengan mamah-mamah yang lain? Ada cerita apa nih tentang seragam sekolah anak?

~~~

Tulisan ini diikutsertakan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog Juli 2025
Tema: Tentang Fashion

No comments :

Post a Comment