Sunday, June 2, 2013

[BeraniCerita #14] Kira dan Mischa

Credit
Namanya Kira. Aku sangat menyayanginya. Selain cantik, dia adalah gadis yang sangat baik. Di antara seluruh penduduk desa Oymyakon, hanya Kira yang peduli padaku. Di saat penduduk lain mengusirku dan membiarkanku kedinginan di tengah badai salju, Kira justru membiarkanku tidur di kamarnya yang hangat. Di saat penduduk desa yang lain melempariku dengan kayu karena mencuri makanan mereka, Kira justru merelakan sebagian jatah makannya untukku. Sesuai namanya, Kira adalah sinar matahariku.

Aku sedang menemaninya memotong kuku. Biasanya aku selalu merasa nyaman ketika berada di dekatnya. Tetapi entah kenapa, hari ini perasaanku begitu tidak enak.

~~~

Credit
Namanya Mischa. Aku sangat menyayanginya. Suatu pagi aku menemukannya di depan rumahku setelah badai salju reda. Ketika itu aku mengira kucing hitam berbulu lembut ini sudah mati. Matanya terpejam dan seluruh badannya beku. Tapi ternyata dia bangun lagi dan aku langsung memutuskan untuk merawatnya. Kurasa mitos tentang kucing yang mempunyai sembilan nyawa itu benar.

"Kira! Makan malam sudah siap!" teriak ibuku dari lantai bawah.

"Iya Bu!" jawabku sambil menyimpan pemotong kuku di meja. Setelah itu aku segera keluar dari kamar untuk turun ke ruang makan. Namun tiba-tiba.....

"Aaahhh!" aku terpeleset di anak tangga paling atas. Badanku berguling melewati seluruh anak tangga. Lalu semuanya menjadi gelap.

.....

Mischa menghampiriku dan menjilat luka di kepalaku. Kemudian semuanya menjadi menyilaukan.

"Kira! Syukurlah kamu akhirnya sadar!" teriak ibuku di samping tempat tidurku.

"Mana Mischa?" tanyaku.

"Kamu koma selama tiga hari dan Mischa yang pertama kali kamu tanyakan." kata ibu sambil menggelengkan kepalanya.

"Maaf." jawabku sambil tersenyum lemah.

.....

"Kira! Ini Mischa." panggil ibuku. Aku segera menghampiri ibu, kali ini dengan lebih berhati-hati.

"Mischa sudah mati. Sudah berhari-hari dia tertimbun di bawah salju." kata ibu. Mata Mischa terpejam dan badannya beku.

"Tidak mungkin! Mischa mempunyai sembilan nyawa! Dia tidak mungkin mati!" kataku sambil menangis.

"Sudahlah." kata ibu sambil memelukku.

~~~

Beberapa hari sebelumnya.

Kira terluka parah. Meskipun ibunya tidak mengatakan apa-apa, dari raut wajahnya aku tahu bahwa keadaan Kira tidak dapat ditolong.

Kira. Aku sangat menyayangimu. Kuserahkan nyawa terakhirku ini untukmu. Kubiarkan badai salju yang melanda desa ini menyelimuti tubuhku.

~~~~~

335/500 kata

Ditulis dalam rangka menjawab tantang Monday Flashfiction Prompt #14: Desa Berselimut Salju dan Berani Cerita #14: Kucing Hitam.

12 comments :