Tuesday, March 26, 2019

Yuk, Mengenal Profil Kecerdasan Anak dengan AJT CogTest


Siapa yang suka membantu anaknya mengerjakan PR dan menemani belajar saat sedang ujian? Saya enggak pernah, hihihi.... Soalnya di sekolah Jav enggak ada ujian, eh ada sih, tapi suasananya enggak dibikin kaya ujian. PR juga enggak ada, eh ada juga sih, tapi jarang banget. Biasanya berupa proyek gitu, seperti bikin video, wawancara, dan lain-lain.

Secara umum, sekolah Jav memang enggak menekankan orang tua untuk memberikan pelajaran akademis pada anak. Sebaliknya, sekolah mengharapkan orang tua berperan dalam fungsi keorangtuaannya. Bagus sih, karena PR saya sebagai orang tua masih banyak banget.

Tapi kan kadang saya juga kepingin gitu sekali-sekali menemani anak belajar seperti teman-teman yang lain. Sayangnya Jav suka enggak semangat setiap saya bertanya tentang materi pelajaran.

"Kalau tadi, belajar apa?" Biasanya begitu pertanyaan yang saya ajukan ketika menjemput Jav pulang sekolah, tentunya setelah memintanya menceritakan hal menyenangkan apa saja yang dia rasakan di sekolah hari itu. "Apa ya, lupa...." jawabnya enggak antusias. 

Lupa? Tarik napas dalam, buang napas perlahan. Untungnya, setiap selesai makan siang, ada rutinitas menulis catatan harian. Jadi saya bisa mengetahui apa saja kegiatan Jav hari itu melalui catatan hariannya. Tapi ya gitu, saya penasaran, sebenarnya Jav itu mengerti enggak sih, materi yang sudah dia pelajari di sekolah.

Kata gurunya dan dari hasil beberapa kali pembagian rapot hingga kelas 2 ini, Jav memang enggak ada masalah dalam menangkap materi pelajaran. Hanya saja, yang perlu digarisbawahi, Jav itu suka enggak fokus dan mudah teralihkan saat sedang belajar. Duh, kenapa ya.... Apa karena gerak paginya kurang panas, atau karena dia enggak tertarik dengan materi pelajarannya, atau jangan-jangan karena gaya belajarnya enggak sesuai dengan kemampuan kognitif dia.

Kemampuan kognitif adalah kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional atau akal, yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesa, dan evaluasi. 

Yup, setiap anak terlahir dengan profil kognitif dan potensi yang unik. Sebagai orang tua, sudah menjadi tugas saya mengetahui profil kognitif Jav. Agar dapat membantu dan memahami bagaimana dia dapat belajar sebaik mungkin serta bisa mengarahkan potensi-potensi yang dimiliki sehingga menjadi lebih maksimal seiring perkembangan serta pertumbuhannya.

Sebelum masuk SD, Jav pernah mengikuti beberapa macam tes kecerdasan. Baik dari sekolah seperti tes sidik jari, tes kematangan, termasuk tes IQ, maupun tes mandiri yang bisa saya akses secara online. Tapi saya merasa kurang efektif. Iya, ada hasil analisis dan rekomendasinya. Namun rasanya tetap saja sulit saat diterapkan pada Jav.

Ternyata oh ternyata, alat tes IQ yang banyak dipakai di Indonesia itu disadur dari luar negeri. Ya pantas saja kalau hasil rekomendasinya susah diterapkan, karena belum sesuai dengan norma yang ada di Indonesia.

Hingga akhirnya beberapa waktu yang lalu, saya mengetahui tentang AJT CogTest. AJT CogTest adalah alat tes kognitif yang disediakan oleh PT Melintas Cakrawala Indonesia (PT MCI). AJT CogTest berbeda dengan tes lain, karena AJT CogTest merupakan satu-satunya tes kognitif atau tes kecerdasan yang dikembangkan sesuai dengan norma Indonesia. Terstandardisasi berdasarkan karakteristik bahasa serta budaya Indonesia. 

AJT CogTest dirancang khusus untuk siswa Indonesia yang berusia 5 sampai dengan 18 tahun. Tes ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh 250 psikolog Indonesia selama lebih dari 4 tahun terhadap hampir 5.000 siswa dari 6 propinsi di Pulau Jawa. Makanya, hasilnya berupa produk tes berkelas dunia yang telah diuji coba di 10 Sekolah terkemuka se-Jabodetabek.

Dalam proses perancangannya, PT MCI bekerja sama dengan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Kevin McGrew sebagai konsultan proyek, ahli dari teori CHC, dan Co-Author dari Woodcock-Johnson III & IV.


Landasan teori psikologi yang dipakai dalam AJT CogTest merupakan teori paling mutakhir dan komprehensif di dunia saat ini, yaitu teori Cattell – Horn – Carroll (CHC Theory). Ada ada 8 bidang kecerdasan atau aspek kemampuan kognitif umum yang diukur. Sehingga dapat mengidentifikasi kekuatan serta kelemahan kemampuan berpikir anak dalam belajar secara akurat, andal, tervalidasi, dan komprehensif.


Pada praktiknya, AJT CogTest dilakukan oleh psikolog yang sudah mengikuti pelatihan dan disertifikasi oleh PT MCI. Jenis paketnya terdiri dari 2 macam pilihan. Yaitu:
  • AJT CogTest Full Scale. Mengidentifikasi 8 kemampuan kognitif lengkap yang menampilkan profil lengkap kekuatan dan kebutuhan belajar anak. Biayanya Rp760.000.
  • AJT CogTest Comprehensive. Diperuntukkan ketika seorang anak memerlukan data lebih terperinci untuk dianalisis, psikolog akan merekomendasikan tambahan tes. Biayanya Rp1.200.000.

Nanti, hasil AJT CogTest akan dikirimkan berupa softcopy melalui surat elektronik (email) dalam waktu 7 sampai dengan 14 hari kerja setelah tes dilakukan. Hasil tersebut dapat membantu saya dan guru Jav untuk lebih memahami kemampuan berpikir Jav, mengarahkannya, serta menyusun pendekatan pengajaran baik di sekolah maupun di rumah.

Teman-teman tertarik enggak dengan tes ini? Kalau saya sih tertarik banget. Bagi teman-teman yang berminat, bisa mendapatkan informasi lebih lengkap melalui situs melintascakrawala.id, akun Instagram @melintascakrawalaid, atau WhatsApp di nomor 087883258354.

Yuk, kenali anak kita dengan AJT CogTest. Jangan sampai menyebut anak malas atau bodoh. Ketahui profil kecerdasan unik anak kita untuk memahami bagaimana mereka dapat belajar lebih baik dan efektif. 

~~~

#YukKenaliAnakKita
#AJTCogTest
#TesKognitifAJT

15 comments :

  1. Iya jangan sampe deh bilang anak bodoh atau malas, itu hanya karena kita aja yang belum tau cara menstimulasinya gimana ya teh, duh jadi pengen tes kognitif juga buat neng Marwah.

    ReplyDelete
  2. Wah bermanfaat sekali nih artikelnya. Terima kasih informasinya

    ReplyDelete
  3. Ini baru ya Bun. Wah bagus banget nih kelihatnnya. Aku jadi pingin buat adikku yang kecil tuh

    ReplyDelete
  4. Oh jadi test ini hanya sampai usia 18 tahun ya. Lebih dari itu sudah nggak bisa

    ReplyDelete
  5. AKu jadi pingin tes juga nihm tapi biayanya lumayan juga ya hehe

    ReplyDelete
  6. Wah bener banget tuh. Dengan adanya ajt cogtest dapat mengetahui apa kemampuan si anak

    ReplyDelete
  7. Mahal juga ya buat ngetest cognitive anak...pasti test ini bsa kasih solusi dalam cognitive development anak

    ReplyDelete
  8. iya ini test cukup manfaat juga ya buat ngukur2 kemampuannya anak. tapi memang udah diuji-cobda dan diteliti sama ahlinya sih ya, jadi betul2 terstandarisasi

    ReplyDelete
  9. wah teh seriusan ga ada PR dan ujian enak yo sekolahnya jadi kepo sekolah di mana JAV?hahaha..aku mah duh selalu jadi mamak Tyrex kalau udah ngajarin anak wkwkwk padahal belumtentu juga y gaya belajarnya cocok sama metode mengajarnya aku. jadi pengen nih ikut AJT Cogtest

    ReplyDelete
  10. Penasaran pengen coba ngetes Akmal nih. Apalagi dia tahun ini mau masuk SD

    ReplyDelete
  11. Baca artikel ini jadi pengen curcol, jadi kemarin itu Fathan daftar masuk SDIT dan sebelum masuk tes psikologi, ternyata dia nggak lolos, dan setelah mendapat laporan hasil tes, jadi berasa sedih aja, sebegitunyakah anakku, hahaha lebay,apakah memang dia nggak sanggup belajar di SDIT yang memang banyak hapalannya, Fathan memang bukan anak yang duduk manis saat menerima materi belajar, dan mudah teralihkan fokusnya, duh peer banget ya, suka mikir sih gimana cara menstimulasinya biar lebih fokus, jadi tertarik ikut AJT Cogtest, karena merasa hasil tes kemarin kurang meyakinkan, bisa onlinekah tesnya?

    ReplyDelete
  12. Woh si nabil diajak tes kognitif gini perlu banget nih

    ReplyDelete
  13. Kalau tes kognitifnya kolektif dari sekolah, biayanya bisa ditekan lagi Kali ya. Hehehe. Eh, itu Jav sekolah di Mana, Teh? Enaknya gak ada PR😁

    ReplyDelete
  14. Yes kognitif memang penting untuk menunjang kemampuan anak

    ReplyDelete
  15. Tuh yaa...
    Tes kaya gini yang aku butuhin buat anak-anak.
    karena bukan berdasarkan IQ atau penilaian. Tapi murni dari cara belajar anak-anak.
    Aku yakin, semua anak tumbuh dengan bakatnya masing-masing.

    ReplyDelete