Sunday, March 10, 2019

Movie Date: Dilan 1991


Teman-teman sudah menonton film Dilan 1991, belum? Saya sudah dong *bangga* hihihi....

Perkenalan saya dengan Dilan itu dimulai sejak saya membaca buku-bukunya. Itupun termasuk terlambat, soalnya saya baru mulai membaca pas tahu kalau novel itu akan difilmkan. Karena penasaran, memang sebagus apa sih sampai dibuat filmnya. Makanya saya pun langsung membeli ketiga bukunya, Dilanku Tahun 1990, Dilanku Tahun 1991, dan Milea. 

Ternyata memang menarik sih. Sangat menghibur. Membuat hati ikut berbunga-bunga merasakan indahnya masa-masa suka-sukaan zaman SMA yang polos dan enggak neko-neko.

Berhubung sedang mempunyai bayi, saya enggak menonton film Dilan 1990 di bioskop. Di rumah aja. Begitupun saat beredar kabar tentang film Dilan 1991. Jangankan berharap menonton pas gala premier, menonton di bioskop aja enggak pernah kepikiran sama sekali. Menunggu filmya tayang di televisi aja deh, hehehe....

Eh, sehari sebelum Hari Dilan--yang menimbulkan pro-kontra itu, enggak disangka-sangka ternyata saya dapat undangan gala premier Dilan 1991. Wuih senang banget. Tapi detik itu juga saya langsung ingat, kan punya bayi, enggak mungkin dibawa. Dulu pernah satu kali dibawa pas nonton film Keluarga Cemara, dan saya kapok, hihihi.... Jav juga bagaimana, enggak mungkin ikut karena ini kan bukan film anak. 

Kalau dititip, waktunya kelamaan, karena tempatnya jauh di CiWalk. Apalagi kalau enggak darurat atau enggak ditawari, saya enggak pernah sengaja menitipkan anak pada orang tua. Namun merasa sayang banget, rezeki masa ditolak. Apalagi ini bukan nonton biasa, tapi gala premier. Jarang-jarang kan. Undangannya pun spesial dari Teh Rosi dan Surayah. Oiya, Teh Rosi ini tetangga saya. Rumahnya belakang-belakangan sama rumah orang tua.

Eh, lagi galau begitu, Mamah mengirim pesan melalui WA, menawarkan diri untuk dititipi anak-anak. Yeay! Tapi tetap saja bingung. Nonton film 2 jam, perjalanan pp 3 jam, total 5 jam. Kalau Rashya mau nenen bagaimana. Selama ini paling lama ninggalin Rashya cuma 2 jam. Namun akhirnya setelah dipertimbangkan masak-masak, kami pun memutuskan untuk menghadiri undangan tersebut.

Dengan mengucap bismillah, dan stok makanan yang banyak untuk Rashya, plus janji makan di McD sama Jav, hari itu Minggu, 24 Februari 2019, saya dan suami pergi ke CiWalk.

Filmnya mulai pukul 5 sore. Kami berangkat setelah salat Ashar. Hujan.... Tapi terpaksa menggunakan motor untuk menghemat waktu perjalanan dan menghemat waktu mencari tempat parkir. Seru juga, udah lama enggak naik motor berdua suami sambil hujan-hujanan. Sayangnya enggak seromantis Dilan dan Milea. Enggak bisa tempel-tempalan pipi, soalnya pakai helm dan jas hujan, hahaha....

Ternyata, sesampainya di CiWalk, mencari tempat parkir motor pun susah. Penuh semua. Saking lamanya menunggu tempat parkir, akhirnya saya masuk duluan. Duh, CiWalk ramai banget ya. Maklum nih, udah lama enggak ke mal. Soalnya ke mal itu cuma suka nyambangin bioskop dan tempat makannya aja. Jadi kalau enggak nonton, ya enggak ke mal, hihihi.... 

Masa paling indah adalah masa pedekate. Setuju enggak? Yang terasa cuma manis-manis dan indah-indahnya aja. Kalau sudah pacaran, mulai muncul egonya masing-masing, terus berantem deh. Sama seperti Dilan dan Milea di Dilan 1991 ini. Dilan masih romantis kok, tapi mulai muncul konflik yang membuat Milea sering menangis.

Memang sih, gara-garanya cuma karena hal sepele. Milea enggak suka Dilan ikut-ikutan geng motor. Sebagai panglima tempur, serang-menyerang atau dikeroyok merupakan hal yang biasa bagi Dilan. Tapi enggak bagi Milea. Dia khawatir Dilan terluka, atau dipecat dari sekolah, atau bahkan meninggal.

Apalagi bundanya Dilan sempat bilang sama Milea, sebagai pacar, dia boleh negur atau marah kalau Dilan salah. Makanya, Milea pun mengancam untuk putus. Ceritanya cuma menggertak, tapi ujungnya malah menyesal sendiri.

Jadi ingat zaman SMA nih. Dulu, mantan pacar saya juga ikut geng-gengan, enggak ngerti lah geng apa. Pernah ada kejadian diserang juga, tapi untungnya dia enggak kenapa-kenapa. Berhubung dia enggak seromantis dan semenggemaskan Dilan saya enggak seekspresif Milea, jadi meski khawatir ya enggak pernah sampai mengancam putus, hihihi....

Selain konflik utama antara Dilan dan Milea, kisah mereka kali ini juga diramaikan dengan beberapa subkonflik. Seperti hadirnya Yugo--teman masa kecil Milea yang naksir Milea dan Pak Dedi--guru Bahasa Indonesia yang matanya enggak bisa lepas dari Milea, creepy.... 

Selain itu, ada unsur komedinya juga. Dialog antara ibunya Anhar--teman sekolah Dilan yang dipecat dari sekolah gara-gara menampar Milea--dan bundanya Dilan kocak banget deh. Begitu pula adegan di sekolah saat Dilan pamit pada Ridwan Kamil--kepala sekolah. Meski agak risih karena Milea nempel sama Dilan terus, tapi saya merasa terhibur dengan dialog-dialognya.

Karena sudah membaca bukunya, saya memang sudah mengetahui jalan ceritanya. Sebagian besar film yang diadaptasi dari novel biasanya kan mengecewakan karena enggak sebagus novelnya. Tapi film yang ini enggak begitu. Mungkin karena penulisnya ikut terlibat ya. Jadi hasilnya sesuai ekspektasi pembaca, eh ekspektasi saya. 

Tapi ada bedanya sih. Waktu membaca bukunya, kan saya nangis-nangis ya. Namun entah kenapa, pas menonton filmnya malah enggak nangis. Padahal terasa nyeseuk juga. Mungkin karena bukan jadwal PMS, hehehe....

Di balik kesuksesan film ini, tentu ada aja yang merasa enggak puas. Milea disebut lebay lah, Dilan dibilang jahat lah, bahkan ada yang menghujat filmnya unfaedah lah, dan lain-lain.

Bagi yang menyebut Dilan nakal karena ikut geng motor dan jahat karena lebih memilih geng motor daripada Milea, pasti belum membaca novel Milea deh. Meski bukan masanya lagi pacar-pacaran seperti Dilan dan Milea, tapi saya mendapat hikmah setelah membaca Milea. Saya jadi diingatkan lagi bahwa memang begitulah laki-laki dan perempuan, berbeda. 

Sebagai orang tua, saya juga mengambil pelajaran dari bundanya Dilan dan ibunya Milea. Semoga saya bisa seperti mereka. Tetap tegas sama anak tapi seperti sahabat juga. Apalagi saya mempunyai dua anak laki-laki. Bisa enggak ya nanti bersikap manis dan enggak judes sama teman perempuan Jav dan Rashya, hihihi....

Setelah filmnya selesai, saya dan suami langsung ke musala untuk salat Maghrib. Enggak ada tuh ceritanya dinner romantis berdua dulu, huhuhu.... Habis salat langsung membeli oleh-oleh buat Mamah dan pulang. Rashya enggak rewel. Tapi sesampainya saya di rumah, dan mendengar suara saya, baru deh merengek meminta nenen.

Alhamdulillah, hari itu puas ikut berbunga-bunga menikmati gombalannya Dilan, hohoho...

Sumber: 30++ Quotes Dilan 1991

2 comments :