Thursday, December 8, 2022

Jalan-Jalan Keliling Bandung Naik Bandros

bandros bandung tour on bus

Fiuh, akhirnya....

Sejak Bandros diresmikan tahun 2014, akhirnya kesampaian juga saya bisa jalan-jalan keliling Bandung naik Bandros hmmm 8 tahun kemudian, heuheu....

Yup, dulu, awal Januari tahun 2015, saya dan suami pernah mencoba mengajak Jav naik Bandros. Waktu itu loketnya ada di Alun-Alun. Tapi gagal. Kami kehabisan tiket. Maklum lah ya, ketika itu si Bandros barus rilis dan masih ngehits banget. Apalagi busnya pun baru ada 3, dan yang bisa beroperasi saat itu cuma 1. Jadi ya wajar kalau susah dapat tiketnya.


Setelah kejadian itu, jadi malas deh mau naik Bandros lagi. Meski suka penasaran juga sih kalau melihat si Bandros berseliweran dan kami berpapasan di jalan.

Nah, hari Sabtu beberapa minggu yang lalu, suami mengajak anak-anak main ke Museum Geologi. Jav sih sudah pernah. Rashya nih yang belum pernah, dan dia antusias sekali ingin melihat fosil dinosaurus.


Tapi, ternyata hari itu museumnya ramai sekali. Bukan hanya dikunjungi para keluarga, tapi juga rombongan anak-anak sekolah dari luar kota. Busnya banyak parkir berjajar di pinggir Jalan Diponegoro. Kami pun mencoba masuk dulu, mencari tempat parkir, dapat. Tapi setelah turun dan menghampiri halaman museum, beneran ramai banget.

Waktu itu Rashya kepingin pipis. Untungnya ada masjid di sebelah gedung museum. Sambil nungguin Rashya pipis, sambil kami mikir. Kayanya di dalam bakal enggak nyaman deh kalau ramai begitu, mana kasus Covid-19 mulai tinggi lagi kan. Udah lah, nanti aja ke sini lagi. Gampang.

Bingung mau ke mana, suami tiba-tiba mengajak kami naik Bandros. Kami pun langsung meninggalkan Museum Geologi dan meluncur menuju Taman Superhero. Eh, ternyata loket Bandrosnya bukan di sana, tapi di Taman Lansia, seberang Museum Geologi. Hadeuh, kalau tau begitu kan tinggal menyeberang aja. Begini deh kalau dadakan dan enggak sempat mencari informasi. Kami pun kembali lagi ke Jalan Diponegoro dan akhirnya mendapatkan tempat parkir di Jalan Cisangkuy.

Di sana sudah ada dua bus Bandros yang siap menunggu penumpang. Petugas dari Dinas Perhubungan pun sudah standby. Ketika menanyakan tiket, kami disuruh masuk bus dan duduk saja dulu.

Di dalam bus ternyata sudah banyak penumpang yang lain. Posisi yang nyaman dengan jendela terbukanya sudah ditempati. Kami hanya mendapatkan tempat duduk sisa. Saya dan Rashya duduk di dekat pintu masuk. Sedangkan suami dan Jav duduk di dekat supir.

Bagi teman-teman yang belum tahu, Bandros ini merupakan akronim dari Bandung Tour on Bus. Sesuai namanya, kita akan diajak berkeliling Kota Bandung menggunakan bus ini.

Biasanya, Bandros ini memiliki 5 rute, sesuai dengan warna busnya yaitu kuning, pink, ungu, hijau, dan biru. Dengan titik naik dan turun di Balai Kota, Alun-Alun, dan Taman Lansia. Teman-teman bisa melihat detail rutenya di bit.ly/rutebandros.

Namun sejak pandemi Covid-19, hanya ada 2 rute dengan 2 titik naik dan turun, yaitu di Alun-Alun dan Taman Lansia.


Setelah kami naik, busnya penuh. Petugas dari Dinas Perhubungan pun langsung masuk dan menarik biaya tiket dari semua penumpang. Harganya yaitu 20 ribu per orang.

Selanjutnya, teteh pemandu wisata masuk dan pintu bus pun ditutup. Saya lupa namanya siapa, tapi teteh dari HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) ini cukup ramah, penuturannnya pun jelas, seru, dan mudah dipahami.


Ternyata waktu itu banyak penumpang yang berasal dari luar kota Bandung. Ada yang yang dari Serang, Bali, bahkan Lombok.

Kami memang asli lahir di Bandung dan juga seumur hidup tinggal di Bandung, namun hal tersebut enggak mengurangi rasa antusias kami naik Bandros. Beda kan ya, biasanya kalau lewat ya lewat aja, tapi kalau naik Bandros ada penjelasan sejarahnya juga.

Rutenya yaitu:
Diponegoro - Cisangkuy - Citarum - Lombok -Aceh - Sumatera - Tamblong - Asia afrika -
Soekarno - Naripan - Braga - Suniaraja - Kebon Jukut - Wastukencana - Martadinata - Juanda - Diponegoro

Asyik deh. Jadi tau tentang cerita dan asal muasal tempat-tempat yang kami lalui. Mulai dari gedung sekolah, gedung pemerintahan, masjid, hotel, restoran, taman, penjara, dan lain-lain termasuk rumah hantu dan kuliner enak di Bandung.


Paling seru sih waktu Bandros-nya berhenti di Jalan Asia Afrika. Kami disapa sama 'hantu-hantu' di sana, hihihi....

Durasi perjalanan kami waktu itu sekitar 45 menit. Berangkat pukul 9.30 dan kembali lagi pukul 10.15. Tapi kalau Rashya, pas sisa seperempat perjalanan malah ketiduran dong. Enak kali ya serasa didongengin sama teteh pemandu, apalagi ditambah semilir angin dari jendela bus yang terbuka, hohoho.

Selesai naik Bandros, kami lanjut main di Taman Lansia. Sekalian jajan kue cubit, cimol, dan pisang bakar keju di Jalan Cisangkuy, hohoho....


Jadi teman-teman, kalau ke Bandung, jangan lupa naik Bandros ya.

1 comment :

  1. Nenek lampirnya bikin galfok dan kaget, seru memang naik kendaraan khas Bandung satu ini. Pernah dengar dan tahu, tapi belum sampai menikmatinya. Jadi pengin ke Bandung, terima kasih informasinya!

    ReplyDelete