Sumber |
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, Tuberculosis (TB) merupakan penyakit menular yang mematikan. Tetapi, TB bisa disembuhkan, asalkan penderita TB mendapatkan pengobatan secara memadai. Sayangnya, sampai sekarang, setiap tahunnya, masih terdapat sepertiga kasus TB yang belum terjangkau atau tidak mendapatkan pengobatan.
Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Di antaranya:
- Penderita TB, merasa tidak perlu memeriksakan dirinya, sehingga akhirnya tidak mendapatkan pengobatan yang memadai. Bisa terjadi karena kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai TB, karena faktor ekonomi, atau karena adanya perasaan malu dan rendah diri.
- Penderita TB tidak bisa memeriksakan dirinya dan tidak bisa mendapatkan pengobatan yang memadai. Bisa terjadi karena tidak adanya fasilitas kesehatan, atau karena lingkungan yang terisolasi sehingga sulit untuk mengakses fasilitas kesehatan.
- Penderita TB memeriksakan dirinya, namun tidak mendapatkan pengobatan yang memadai. Bisa terjadi karena kurangnya kemampuan petugas kesehatan untuk mendeteksi penyakit tersebut, atau karena hasil tes laboratorium yang tidak akurat.
Sumber |
Sebagai kemitraan berskala internasional, WHO dan Stop TB Partnership, sedang mengupayakan kampanye untuk menjangkau sepertiga kasus TB yang belum tertangani tersebut. Yaitu:
- Find. Penderita TB harus ditemukan, karena apabila dibiarkan, penyakit tersebut bisa menimbulkan kerugian sosial dan ekonomi, bahkan bisa menyebabkan kematian yang tentu akan menimbulkan kerugian sosial dan ekonomi yang lebih tinggi.
- Treat. Penderita TB harus mendapat penanganan, karena apabila tidak, seorang penderita TB dapat menularkan penyakitnya pada sepuluh orang setiap tahunnya.
- Cure. Dengan penanganan yang tepat, diharapkan seluruh penderita TB bisa sembuh.
Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk mendukung keberhasilan kampanye tersebut? Tentu saja kita tidak perlu mengambil pusing soal fasilitas dan tenaga kesehatan. Biarlah hal itu menjadi urusan Kementerian Kesehatan. Namun bukan berarti kita harus diam saja. Kenapa? Pertama, karena kita tidak ingin kan kita sendiri atau orang-orang terdekat kita terpapar TB? Kedua, karena kita mempunyai hati nurani. Tidak mungkin kan kita membiarkan TB ini terus menjadi masalah utama masyarakat Indonesia?
Tapi bagaimana caranya? Kita dapat memulainya dari hal yang paling mudah. Yaitu:
- Learn. Bagi kita yang memiliki akses terhadap informasi yang tidak terbatas, dapat memanfaatkan hal tersebut untuk mencari segala informasi yang benar tentang TB. Mulai dari penyebabnya, gejalanya, penularannya, hingga pengobatannya. Semua itu bisa didapatkan dari buku misalnya Buku Pintar TB, internet misalnya website TB Indonesia, brosur, seminar, workshop, dan lain-lain.
- Share. Kita dapat membagikan informasi tentang TB yang sudah kita serap, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing. Kita bisa mulai dengan berbagi informasi di lingkungan dan komunitas sekitar kita, atau bisa juga berbagi informasi sesuai dengan kesenangan masing-masing. Misalnya, bagi yang senang menggambar bisa membuat poster, bagi yang senang menulis bisa membuat artikel di blog dan media cetak, atau bagi yang senang eksis bisa membagikannya melalui media sosial.
- Action. Kita juga bisa berbuat lebih jauh dengan melakukan tindakan langsung turun ke lapangan dan menjadi kader TB. Misalnya dengan bergabung dalam Jaringan Peduli Tuberkulosis Indonesia (Japeti) atau Komunitas Peduli TB di daerah masing-masing. Komunitas tersebut tidak hanya berusaha untuk menjangkau sepertiga kasus TB yang belum ditemukan, tetapi juga menjangkau kasus TB pada kelompok rentan karena bekerjasama dengan berbagai komunitas seperti LSM HIV-AIDS, LSM anak, dan lain-lain.
Dok. Pribadi |
Melalui tulisan ini saya mengajak setiap pembaca untuk ikut serta dalam penanggulan TB. Iya kamu, kamu, dan kamu. Sesuai dengan kemampuannya, apapun bentuknya. Kalau bukan kita, siapa lagi? :)
~~~
~~~
Referensi:
- http://www.stoptb.org/assets/documents/resources/publications/acsm/WORLD_TB_DAY_BROCHURE_14March.pdf
- http://www.tbindonesia.or.id/
Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog Competition: Temukan dan Sembuhkan Pasien TB
(Serial 7: Peran Masyarakat dalam Pengendalian TB)
salah satu kendala adalah kurangnya sosialisasi bagi penderita TB bahwa ternyata ada obat TB yang gratis...karena selama ini penderita TB menganggap biaya pengobatan TB mahal..sehingga mereka enggan berobat....
ReplyDeleteselamat berlomba ya...semoga menjadi yg terbaik...
keep happy blogging always...salam dari Makassar :-)
betul... makanya kita2 yg tau ini smoga bisa membantu mensosialisasikan bahwa pengobatan tb itu gratis :)
Deleteselamat berlomba dan mememnangkannya :D
ReplyDeleteterima kasih :)
Deletesama-sama, selamat berpuasa
DeleteIsshh... keren maaak...
ReplyDeletemakasih mak :)
DeleteMasih semangat share tentang TB meski belum tentu menang. Berbagi kebaikan ya mbak. Aku juga banyak tahu gara-gara ikutan lomba ini
ReplyDeletebetul mba... yang penting ikut membantu menyebarkan informasi positif tentang tb :)
DeleteSemoga kita enggak kena TB ini ya..
ReplyDeletesemoga :)
DeleteHappy blogging... and win the contest ! Ganbatte....
ReplyDeleteMemang butuh pemahaman bagi kami yang awam, mbak. mudah-mudahan dijauhkan dari pernyakit tersebut. sukses GAnya yah, mbak :)
ReplyDeletesmoga stelah baca2 postingan saya tentang tb jd paham ya :)
DeleteTermasuk peran mbak nath ini juga turut memberantas TB
ReplyDeletebaru bisa bantu sebatas bikin tulisan mba :)
Deletesemakin mewabah penyakit TB , maka harus semakin peka dan berperan aktif dalam memberantas penyakit TB
ReplyDeleteiya mak... soalnya TB bisa menyerang siapa saja :)
Deleteharus banyak di sebar infonya ya mbak supaya makin banyak orang tau
ReplyDeletebetul mba :)
Deleteiya mak :)
ReplyDeletewah kayanya ga bisa ikut deh mak, soalnya ga ada yg bisa dipinjemin lumianya :(